BIOGRAFI SYEIKH K.H. MUSLIH ABDURRAHMAN
PENGASUH UTAMA PON-PES FUTUHIYYAH
MRANGGEN DEMAK JATENG ( 1908-1981 )
PENDAHULUAN
Syeikh K.H Muslih Abdurrahman adalah ulama allamah yang pernah mengasuh
pon-pes Futuhiyyah Mranggen sejak tahun 1936-1981 Masehi. Beliau sangat berjasa
dalam mengembangkan dan membesarkan pon-pes Futuhiyyah Mranggen brkat fodlol
dan rahmat Allah s.w.t hingga dapat melahirkan banyak kiai dan ulama yang
terbesar di Jawa khususnya di Indonesia umumnya.
Dan Beliau berjasa pula dalam menyebarkan thoriqoh Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyyah di Jawa / Indonesia, hingga melahirkan banyak Kiai dan Guru
Mursyid Thoroqoh tersebut. Disamping berjasa sebagai salah seorang pendiri dan
salah seorang Ro’is Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh di Indonesia yang
di kenal sekarang dengan jam’iyyah ahlith Thoriqoh Nahdriyyah itu beliau juga
ikut aktif mengembangkan dan membesarkan Jam’iyyah tersebut hingga akhir hayat
pada tahun 1981 Masehi.
Oleh karena itu beliau dapat disebut sebagai Abul Masyayekh dan Syeikhul
Mursyidin. Ghofarollohu wa Rohimah wa Qoddasallohu Asroroh wa yamidduna bi
asrorihi wa barokati wa ulumihi wa karomatihi wa maunatihi wa syafa’atihi wa
jami’i ahli silsilatihim wa usuluhim wa yulhiquna bihim fi khoirin wa sa’adatin
wa salamah. Allahumma amiin.
Beliau berjasa pula dalam mengusir penjajah Belanda dan Jepang, baik
anggota lasyikar hizbulloh yang berlatih kemiliteran bersama Syeikh K.H
Abdulloh Abbas Buntet Cirebon dalam satu regu di Bekasi Jawa Barat dan menjadi
komando pasukan sabilillah yang beranggotakan para kiai/ulama’ di wilayah Demak
selatan atau front Semarang wilayah Tenggara.
Beliau wafat dan di makamkan di ma’la Makkah al Mukarromah di pemakaman
yang kebetulan berdampingan dengan makam Sayyidatina Asma’ binti Sayyidina Abu
Bakar Ash-Shiddiq r.a, dekat/di depan kompleks makam Sayyidatina Khodijah r.a,
istri Rosulillah s.a.w. Jama’ah haji Indonesia dari Mranggen dan Demak banyak
yang ziarah kepada beliau dengan bantuan mukimin setempat.
Beliau wafat pada bulan syawal 1981 Masehi, dengan mewariskan pon-pes
Futuhiyyah yang besar untuk di lestarikan dan di kembangkan lebih lanjut. Dan
Al-hamdulillah pon-pes Futuhiyyah Mranggen tetap lestari dan berkembang hingga
saat ini. Semoga demikian seterusnya hingga akhir masa.Allahumma amiin.
I. Identitas Diri dan Keluarga
Syeikh K.H Muslih bin Syeikh K.H Abdurrohman dan Hj. Shofiyyah,
asli/kelahiran suburan Mranggen Demak,pada tahun 1908 Masehi. Beliau adalah
adik kandung dari Syeikh K.H Ustman bin Syeikh K.H Abdurrohman.
Silsilah Syeikh K.H Muslih
Dari Ayah :
Muslih bin Abdurrohman din Qosidil haq bin R. Oyong Abdulloh Muhajir bin
Dipo Kusumo bin P.Wiryo Kusumo / P.Sedo Krapyak bin P.Sujatmiko atau Wijil II /
Notonegoro II bin P. Agung atau NotoProjo bin P.Sabrang bin P. Ketib bin P.
Hadi bin K. S. Kali jogo,hingga Ronggolawe adipati Tuban I atau Syeikh Al-Jali
/ Syeikh Al-Khowaji, yang berasal dari Baghdad keturunan Saayyidina Abbas r.a
paman Rasulullah s.a.w.
Dari Ibu :
Muslih bin Shofiyyah binti Abu Mi’roj wa binti Shodiroh hingga bersambung
pada ratu Kalinyamat binti Trenggono Sultan Bintoro Demak II bin Sultan Bintoro
I / R. Fatah bin R. Kertowijoyo / Darmokusumo Brawijaya I Raja Majapahit.
Ratu Kalinyamat istri Sultan Hadliri yang berasal dari Aceh dan menjabat
sebagai adipati Bintoro Demak di Jepara. Sedangkan istri Sultan Trenggono
adalah puteri K. S Kalijogo dan istri Sultan Fatah / Ibu Sultan Trenggono
adalah putri K.S Ampel Surabaya, Dzuriyyah Rasulullah s.a.w.
Syeikh K.H Muslih Abdurrahman menikah dengan Nyai Marfu’ah binti K.H Siroj
dan berputra :
1. Al-Inayah, istri Syeikh K.H. Mahdum Zein.
2. K.H. M.S. Luthfi Hakim Muslih Bc.Hk sebagai pengasuh utama I pon-pes
Futuhiyyah sejak tahun 1971 Masehi.
3. Faizah, istri Syeikh K.H. Muhammad Ridhwan.
4. K.H Muhammad Hanif Muslih L.c sebagai pengasuh utama II pon-pes Futuhiyyah
sejak tahun 1985 Masehi.
5. Putra-putra lainnya meninggal sejak kecil.
Setelah Nyai Marfu’ah wafat tahun 1959 Masehi, Syeikh K.H. Muslih
Abdurrohman menikah lagi dengan Nyai Mu’minah Al-Hafidhoh / Al-Hamilah bin K.H.
Muhsin (ayah K.H. Muhibbin Al-Hafid, pengasuh pon-pes Al-Badriyyah Mranggen)
dan berputra :
1. Qoni’ah istri K.H. Masyhuri, B.A.
2. Masbahah, istri Syeikh K.H
Abdurrahan Badawi / Syeikh Dur.
Setelah Nyai Mu’minah wafat pada tahun 1964 Masehi, Syeikh K.H Muslim
Abdurrahman menikah lagi dengan Nyai. Sa’adah binti H. Mahhmud, Randusari
Semarang sampai sekarang beliau masih hidup, semoga thowil umur allah husnil
khotimah fi tho’atillah fil alwi wal afiyah wassalamah was sa’adah fi
daruun-min fadllillah wa rohmatillah Allahuma amiin.Begitu pula keluarga
dan dzuriyyah syeikh K.H muslih, bani Abdurrohman dan para santri dan alumni
pon-pes Futuhiyyah Mranggen dan cabang- cabangnya, para muhibbin beliau beliau
erikut para pejuang Fi Sabillillah termasuk K.Habdurrahman Wahid (GUS Dur
Presiden R.I) dan keluarga masing-masing. Allahumma amiin.
II. PENDIDIKANNYA
Pendidikan Syeikh K.H. Muslih bin Abdurrahman, diperoleh dari :
1. Belajar pada orang tua sendiri, yaitu Syeikh K.H. Abdurrahman bin Qosidil
Haq.
2. Belajar di pondok pesantren termasuk madrasahnya Syeikh K.H. Ibrohim Yahya
Brumbung Mranggen, disamping belajar pula saat pergi Haji bersama beliau.
3. Belajar di pondok pesantren Mangkang kulon.
4. Belajar di pondok pesantren Sarag Rembang milik Syeikh K.H. Zuber dan
Syeikh Imam, disini beliau sambil belajar / santri kalong kepada Syeikh K.H
Maksum, Lasem Rembang.
5. Belajar-mengajar di pondok pesantren Termas Pacitan.
6. Belajar ilmu thoriqoh dan bai’at mursyid di banten yaitu Syeikh Abdul Latif
Al- Bantani
7. Belajar kepada Syeikh Yasin Al-Fadani Al- Makky di Mekah.
8. Belajar ilmu Ekonomi dan dagang.
9. Belajar ilmu kemiliteran.
Dari hasil pendidikannya tersebut Syeikgh K.H.Muslih bin Aburrahman
termasuk Ulama’ Allamah Ahli ilmu-Kalam Bahasa Arab (Nahwu, Shorof, Balaqhoh, hingga
ilmu Mantiq dan Arudh) Ahli Ilmu-Klam /Tauhid., Ahli Ilmu Tasawwuf –Ahli Ilmu
Thoriqoh Mu’tabaroh hingga ahli pula dalam Ilmu Kepemimpinan Ilmu Kependidikan,
Ilmu Siasah, Ilmu Hikmah Ilmu Jihad fi sabillillah termasuk Ilmu Kemiliteran.
Oleh ksrns itu beliau sangat pantas menjadi Guru Mursyid Thoriqoh
Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah Bahkan menjadi Syeikhul Mursidin atau guru para
mursyid, sebab beliau telah memenuhi peryaratan sebagai guru Guru Mursyid
sebagai mana yang dianjurkan oleh syyaidina Syeikh Abdul Qodir Al –Jaelani,
r.a, yang mana seorang mursyid itu seharusnya :
1. Memiliki Ilmu Ulam’ ( Ahli Agama Islam )
2. Memiliki Ilmu Siasah ( Politik Pemerintahan ).
3. Memiliki Ilmu Hikmah ( Kebijaksanaan Ahli Hukum Islam ).
Syeikh K.H. Muslih teryata belajar dan mengajar sebagaimana tersebut dalam
manaqib As-Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani r.a, yaitu Tafsir dan ilmu Tafsirnya,
Hadist dan ilmu Muthola’ah Hadistnya ilmu fiqh dan Hilafayahnya, ilmu
Usuluddin ( ilmu kalam ) dan ilmu Ushulul Fiqh, ilmu Qiro’ah / Tawid, ilmu
Nahwu, ilmu Shorof, ilmu Ma’ani, ilmu Bayan Badi’, ilmu arudl, ilmu Qowafi,
ilmu Matiq dan ilmu tasawwuf / ilmu Thoriqoh. Ilmu – ilmu tersebut semuanya
diajarkan di pon-pes madrasah, kecuali ilmuthoriqoh / ilmu Tasawwuf. Disamping
ilmu-ilmu tersebut Syeikh K.H. Muslih Abdurrohman diwaktu mudanya juga rajin
belajar ilmu-ilmu kanuragan dan ketabitan Islamy maupun do’a-do’a / aurrod yang
khusus, tersasuk aurod khusus untuk memdapatkan Ilmu yang bermanfa’at lagi
barokah. Ilmu yang manfa’at ialah ilmu yang dapat diamalkan sendiri ( dirinya
dapat beribadah billah sesuai dengan ilmu yang diperolahnya, sebab fadlol dan
rhmat Allah s.w.t ). Sedang ilmu yang barokah ialah ilmu yang sudah dapat
ditularkan kepada orang lain, baik melalui pendidikan dan pengajaran maupun
nasehat, baik secara langsung maupun tidak langsung ( melalui tulisan dalam
buku / kitab yang disusun, digandakan dan dibaca oleh orang lain ). Selain
belajar ilmu-ilmu tersebut beliau sempat belajar bagaimana cara mengajar yang
baik ( guru yang berhasil ) dan bagaimana menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran sistem klasikal ( madrasah ) saat beliau mondok di Termas, Pacitan.
Sebelum beliau di Termas, sepulang dari pondok Sarang beliau bersama kakaknya,
yaitu Syeikh K.H. Utsman bin Abdurrohman sempat belajar dagang pakaian jadi di
pasar Mranggen,selama satu tahun, atas perintah orang tuanya agar merasakan
bagaimana susahnya orang bekerja mencari rejeki ( dalam setahun kerja, teryata
tidak laba dan tidak rugi ) setelah itu beliau berangkat ke Terma memenuhi
perintah Syeikh K. H. Maksum Lalem sekalian ingin menambah ilmu dan pengalaman.
III. PERJUANGAN
Syeikh K.H. Muslih Abdurrohman selain berjuang demi terwujudnya suatu
pribadi yang baik serta menjadi ulama pejuang islami, ternyata beliau juga
berjuang fisabilillah di sisi yang lain, yaitu :
1. Menjadi pengasuh pendidikan pesantren, termasuk Pengajian dan Bai’at
Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah.
2. Mendirikan / menyelenggarakan Pendidikan Masdrasah/ Sekolah
Futuhiyyah
3. Menjadi Pengasuh Utama Pon-Pes Futuhiyyah
4. Memperluas lokasi / Areal Pondok Pesantren
5. Merehab dan membangun Prasarana Pondok Pesantren, termasuk membangun Masjid
An-Nur dikonplek Pon-Pes Futuhiyyah.
6. Menjadi Anggota Pengurus G.P Ansor Mranggen dan Lasykar Hizbullah Mranggen
7. Menjadi Pengurus Jam’iyyah N.U
8. Menjadi Komandan Barisan Sabilillah, sektor Semarang Timur.
9. Ikut Mendirikan dan menjadi pengurus Jam’iyyah Thoriqoh Mu’tabaroh
Indonesia.
10. Mendirikan dan menjadi Pengurus Jam’iyyah Thoriqoh Nahdiyyah
11. Mendirikan Madrasah Aliyah Persiapan F.H.I UNNU Mranggen
12. Mendirikan F.H.I UNNU Fikal Surakarta di Mranggen
13. Mendirikan atau menyelenggarakan Madrasah dan Sekolah Formal.
IV. MENJADI PENGASUH PON-PES FUTUHIYYAH
Sebelum Syeikh K.H. Muslih mondok kembali di Pondok Pesantren Termas,
beliau sempat mukim dirumah yaitu Suburan Mranggen kira-kira pada tahun 1931
Masehi selama satu tahun, setelah kembali dari mondok di Pondok Pesantren
Sarang.
Pondok Pesantren yang telah direhabilitasi pada tahun 1927 Masehi, atas
perintah Syeikh K.H. Abdurrohman, telah berhasil menampung puluhan santri,
namun aktifitas Madrasah tersebut menjadi berhenti, setelah diminta oleh N.U
cabang Mranggen.
Akhirnya Syeikh K.H. Muslih berusaha mendirikan kembali Madrasah Diniyyah
Awaliyyah Futuhiyyah di konplek Pon-Pes Futuhiyyah dengan tikat tidak boleh
diminta oleh N.U lagi. Jika N.U ingin mengelola Madrasah lagi supaya mendirikan
sendiri.
Selang beberapa waktu, Pon-Pes Futuhiyyah mendirikan Madrasah dua kali pada
tahun 1927 dan 1929 Masehi. Selama dua kali mendirikan, dua kali pula diminta
oleh N.U. Cabang Mranggen dengan cara Bedol Madrasah, Murid dan Gurunya di
pindah tempat, yang kemudian dikelola oleh N.U Cabang Mranggen dan dua Kali
pula terhenti.
Setelah Madrasah yang didirikan oleh Syeikh K.H. Muslih berjalan lancar,
satu tahun kemudian diserahkan oleh adik beliau, yaitu Syeikh K.H. Murodi
setelah mukim kembali dari mondok di Lasem dan para gurunya, dengan pesan agar
tak boleh dipindah lagi, karena beliau akan Mondok lagi ke Termas.
N.U. cabang Mranggen, akhirnya mendirikan sendiri Madrasah Diniyyah
Awaliyyah dan dapat hidup hingga sekarang, di Kauman Mranggen, yang dikenal
kemudian dengan nama Madrasah Ishlahiyyah.
Syeikh K.H. Muslih saat datang di Termas, langsung diminta oleh Syeikh K.H.
Ali Maksum (Krapyak Yogya), selaku kepala Madrasah di Termas saat itu, untuk
mengajar kelas di ajar oleh Syeikh K.H. Ali Maksum (kelas Alfiyyah
Ibnu Malik). Semula Syeikh K.H. Muslih menolak, dengan alasan belum mampu
mengajar Alfiyyah. Beliau tetap dipaksa dan dibujuk dengan kata-kata nanti saya
ajari oleh Syeikh K.H. Ali Maksum. Setelah itu, Beliau akhirnya bersedia. Namun
Ternyata Syeikh K.H. Ali Maksum hanya sekali mengajar Syeikh K.H. Muslih
sebagai persiapan mengajar Alfiyyah, yaitu pada malam sebelum esok harinya
mengajar, laalu beliau menghilang.
Dengan berat hati Syeikh K. H. Muslih mengajar dikelas yang ditinggalkan
Syeikh K.H . Ali Maksum. Dan kira-kira setengah bulan kemudian, Syeikh K.H. Ali
Maksum Baru muncul dan bertanya kepada murid – murid kelas tersebut, bagaimana
hasil kerja Ustadt baru, murid-murid menjawab baik dan puas, setelah itu Syeikh
K.H. Muslih di tetapkan guru kelas tersebut.
Suka duka Syeikh K.H. Muslih tidak menghalangi untuk berenovasi menjadi
guru yang baik dan ini terbukti saat dimana santri-santri senior yang ada di
Termas tidak disuruh mengajar, justru santri barunya yang disuruh mengajar,
yaitu Syeikh K.H. Muslih, maka oleh santri-santri senior tersebut, kursi tempat
duduknya di rawe ( diberi bulu buah rawe agar gatal-gatal, hingga tidak jadi
mengajar ). Dengan berbekal Ilmu yang lebih luas dan pengalaman selama menjadi
guru madrasah Tsanawiyyah di Termas itulah akhirnya Syeikh K.H. Muslih pulang
dan mukim kembali di Suburan Mranggen kira-kira pada tahun 1935 Masehi, dengan
tekad akan mengembangkan pondok pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen. Dan
Al-Hamdulillah pada tahun 1936 Masehi berdirilah Madrasah Ibtida’iyyah yang
bukan M.I, karana pelajarannya sudah setingkat dengan Madrasah Wustho dan
Madrasah Tsanawiyyah yang diselenggarakan pada pagi hari.
Mengenai bagaimana tekhnis pengumuman P.M.B yang dilakukan saat itu,
sementara saat itu tidak ada radio, tidak ada stensil, tidak ada mesin tulis
apalagi fotocopy, tetapi yang jelas, madrasah tersebut penuh dengan murid dan
pondoknya semakin banyak jenis santri mukimnya, baik yang berasal dari
desa-desa wilayah kecamatan Mranggen dan sekitarnya hingga Gubug-Purwodadi, hal
ini terjadi karena tersiarnya berita bahwa di pondok Suburan Mranggen telah
muncul Kiai yang alim.
Sesudah tahun 1950 Masehi pon-pes Futuhiyyah semakin berkembang santri
mukimnya semakin bertambah ( antara 300 – 400 orang ), di samping santri lajo
yang masih belajar di madrasah maupun sambil mengaji wetinan, berikut datangnya
santri pengajian thoriqoh yang dibuka mulai tahun 1950 Masehi. Adapun
penyebabnya adalah bervariatif, mungkin Syeikh K.H. Muslih dikenal sebagai Kiai
yang enak ngajinya, atau karena adanya aktivitas da’wah dari para
mubalighin, termasuk Syeikh K.H. Abdul Hadi yang malang melintang berda’wah
seantero Jawa Tengah,dan sebagainya.
Singkatnya, apa yang telah terwujud itu adalah fadlol dan rohmat Allah
s.w.t. yang harus diyakini berkat syafa’at ahli silsilah Ilmu Islami aurod
mujahadah dan riyadloh, termasuk dzikir thoriqoh, khususnya Syeikh K.H.
Ibrohim. Yahya Brumbung, Syeikh K.H. Abdurrohman wa ushulih, Syeikh K.H. Hadi
Giri Kusumo, Syeikh Abu Mi’roj Sapen, serta para auliya’-syuhada’ tanah Jawa
hingga Walisembilan dan K.S. Fatah beserta pengikutnya, Syeikh Abdul Qodir
Al0Jaelani r.a dan ahli silsilahnya hingga Rasulullah s.a.w.
Syeikh K.H. Muslih Abdurrohman selaku pimpinan / pengasuh pon-pes
Futuhiyyah harus berjuang pula mencukupi kebutuhan Prasarana dan Sarana pondok
pesanten termasuk keperluan dalam menyelenggarakan madrasah, seiring pribadi
beliau menggerakkan pulapartisipasi aktif dalam pembangunan pondok pesantren
futuhiyyah baik dari santrinya, para wali santri maupun masyarakat baik dalam
bentuk sumbangan tenaga, material maupun uang. Adapun sumber – sumber yang lain
berasal dari sumbangan pemerintah.
Pada masa hidup beliau, partisipasi santri besar sekali dalam pembangunan
pondok pesantren Futuhiyyah, sebagai pengalaman ilmu, ikut andil dalam jariyyah,
bersatu dan bergotong royng secara ikhlas merealisasi program pembangunan
sekaligus nyadong berkah dari Allah s.w.t. Untukkeperluan hidupnya di dunia dan
akhirat kelak.
Sumber: http://www.docstoc.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini