• Biografi Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqi radliyallahu ‘anhu (1)



    Oleh: H. Abdul Ghoffar Umar


    Menurut nasab yang sudah tersusun rapi di dalam keluarga, Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman adalah seorang sayyid dan seorang habib, sebab itu yang mengandung beliau adalah keturunan Maulana Muhammad Ainul Yaqin Al-mulaqqob bi Sunan Giri bin Maulana Ishaq Al-Husaini dan ayah beliau adalah keturunan Sunan Gunung Jati juga Al-husaini. dengan demikian hadrotus-syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqi anak cucu Rosululloh saw.

    Hadrotus-Syaikh dilahirkan di Jatipurwo Surabaya pada hari Rabu bulan Jumadil Akhiroh tahun 1334 H.

    setelah beliau bertapa selama 16 bulan di dalam rahim ibu beliau dan selama di dalam rahim ibu beliau sering bersin, di dalam bahasa Arab di sebut Al-Atthos, dan sejak kecil keistimewaan dan kekeramatan beliau sudah nampak setelah Hadrotus-Syaikh sudah bisa berjalan. Beliau selalu tidak ada dirumah setelah Maghrib, dan baru pulang setelah jam 11 malam badan beliau penuh dengan lumpur. Ternyata setelah diselidiki, beliau berada di sungai didekap oleh seekor Buaya Putih.

    Setiap malam Hadrotus-Syaikh selalu tidur di surau (langgar) bersama nenek beliau Kyai Abdulloh, selain nenek beliau tidak ada seorangpun yang berani mendapingi sewaktu beliau tidur, karena dari mata beliau memancarkan sinar terang seakan-akan mau menembus Iangit bagaikan lampu sorot (battery).

    Ketika beliau berumur 6 sampai 7 tahun, pada suatu malam nampak bulan-bulan yang banyak turun dari langit seraya memancarkan sinarnya menuju Hadrotus-Syaikh dan mengitari beliau dari segala arah.

    Sejak beliau berumur 4 tahun setiap pagi pada Jam 3.00. Istiwa' beliau keluar rumah menuju Masjid Jami' Ampel Surabaya diantar oleh kakak perempuan beliau Nyai Khodijah untuk membaca tarhim (memanggil-manggil sholat fajar) sampai datang waktu Shubuh di menara Masjid.

    Setiap kali beliau sampai dipintu gerbang Ampel beliau selalu disambut anak-anak kecil yang banyak sekali memakai kopyah putih semua, setelah beliau sampai di masjid anak-anak kecil tersebut hilang entah kemana. Dan baru muncul kembali sewaktu beliau hendak pulang dari masjid pada jam 7.00 pagi untuk mengantarkan beliau ke pintu gerbang. Dan setelah itu mereka menghilang kembali, demikian cerita Nyai Khodijah dan Kyai Anwar.

    Ketika beliau umur 7 tahun, beliau sudah mengkhatamkan Al-Qur'an 3 kali dibawah asuhan nenek beliau Kyai Abdullah. Kemudian beliau di khitan (sunat). Barulah beliau berpindah mengaiji ke Kyai Adro'i Nyamplungan, sejak itu sepulangnya beliau dari Ampel, beliau terus menuju ke Nyamplungan untuk mengaji Al-Qur'an, setelah itu beliau menuju ke madrosah Tashwirul Afkar di Gubbah untuk mengaji agama, dan baru pulang setelah jam 10.0 pagi.

    Seharinya beliau hanya mendapatkan sangu 5 Sen yang berlobang tengah yang beliau tempelkan di kancing baju.

    Pernah selama 4 talaun Hadrotus-Syaikh tidak makan kecuali daun-daunan dan buah-buahan dan hanya minum air masak saja. Pada waktu itu beliau tentukan belanja beliau hanya 1/2 Sen. Beliau mengatakan, pada waktu saya masih kecil pada suatu hari saya bernafsu sekali ingin makan, maka sayapun makan sekenyang kenyangnya, tetapi sebagai dendanya Saya harus mengkhatamkan Al-Qur'an satu kali duduk. Dan beliau mengatakan: Pada suatu hari saya menangisi diri saya karena ketika saya sholat saya ingat layang-layang, padahal saya sudah berumur 12 tahun, berarti 3 tahun lagi saya sudah baligh dan Mukallaf, bagaimana kalau saya masih ingat pada layang-layang pada waktu sholat ?!

    Kyai Ahmad Asrori Kholifatus Syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqi mengatakan kepada kami, bahwa ayah beliau pernah mengatakan : Ketika saya menginjak umur 13 tahun, mata saya melihat Ka'bah di Makkah secara rel dan nyata. Maka mata sayapun saya usap berkali-kali (saya ucek-ucek), tetapi tetap saja yang nampak hanyalah Ka'bah di Makkah. Kemudian saya berpikir, mungkin mata saya sudah rusak, dan saya minta dibelikan kaca mata khusus untuk melihat, akan tetapi hasilnya sama saja. Ka'bah di Makkah tetap nampak di pelupuk mata saya, Kata Kyai Asrori : Itulah awal kasyaf yang dialami oleh Hadrotus-Syaikh, dan sejak itu kata Hadrotus-Syaikh saya melihat orang dengan segala kepribadiannya, ada yang menyerupai Srigala ada yang seperti Truwelu, ada yang seperti Babi, seperti Ayam, Kucing dan lain sebagainya menurut pembawaan nafsunya masing-masing, tetapi saya tidak berani berkata terus terang, sebab itu adalah rahasia seseorang.

    Pada suatu hari Hadrotus-Syaikh sampai larut malam tidak pulang dari Madrasah seperti biasanya pada jam 10.00 pagi, maka ributlah orang-orang tua mengkhawatirkan beliau. Maka imam Roudloh Kyai Nur atas izin orang tua beliau berangkat mencari beliau, dan oleh karena diberitakan bahwa Hadrotus-Syaikh berada di pondok Kyai Khozin Panji, maka Kyai Nur pun berangkat ke sana. Tetapi sesampai Kyai Nur di Siwalan Panji, Hadrotus-Syaikh sudah Pindah ke pondok Kyai Munir Jambu Madura.

    Setelah orang tua beliau mendengar demikian itu, beliau mengatakan: tidak usah mencari Utsman, yang penting dia sehat.

    Setelah beberapa lama tinggal di pondok, beliau sakit keras, maka terpaksa beliau pulang kerumah. Dan setelah berobat Al-hamdulillah beliau sembuh kembali. Kemudian Hadrotus-Syaikh dipondokkan ke Kyai Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng, selanjutnya beliau dipondokkan ke Kyai Romli Peterongan Jombang. Pada waktu itu Hadrotus-Syaikh benar-benar terikat, beliau mengatakan : sewaktu saya dikirim oleh orang tua saya kepondok, sarung saya hanya satu lembar, apabila najis maka saya memakai tikar sebagai gantinya untuk sholat. Dan selama saya di pondok, saya tidak pernah pulang ke rumah kecuali badan saya sudah kurus benar. Sebab apabila saya pulang dan badan saya gemuk, saya di marahi oleh orang tua dan nenek.

    Pernah pada suatu hari saya pulang badan saya gemuk, spontan nenek saya mengatakan: Kalau kau tinggal dipondok. untuk makan dan mimurn. Lebih baik tinggal dirumah saja.

    Ketika Hadrotus-Syaikh pulang dari pondok, pada suatu hari beliau menyaksikan adanya hubungan-hubungan khusus yang diselenggarakan oleh tujuh orang pemuda dan tujuh orang pemudi setiap hari disamping musholla di muka rumah beliau, maka beliau melihat hal yang tidak senonoh ini akhirnya beliau adukan kepada Kyai Romli dengan mengatakan : yai ! saya melihat ada mutiara di dalam air yang keruh dan najis, apakah saya harus mengentasnya (menyelamatkanya)? Kyai Romli menjawab: Entaslah wahai Utsman! dengan syarat hatimu tidak berpaling kepadanya, kalau hatimu berpaling kepadanya, maka kau tidak akan berjumpa denganku besok di Mahsyar.

    Maka beliaupun mengumpulkan pemuda dan pemudi yang 14 orang itu dirumah beliau setiap malam, beliau ikuti pembicaraan-pembicaraan mereka yang intim itu sambil beliau masuk-masukkan (sesel-seselkan) urusan keagamaan mereka, dan beliau peringatkan tentang siksa Allah ta’ala. sampai akhirnya taubat dengan taubat nasuha (taubat yang pokok).

    Hadrotus-Syaikh pernah diadukan oleh seorang ulama kepada Kyai Romli karena beliau mengadu ayam, Kyai Romli menjawab : Saya tidak berani melarangnya dan Kyai tidak usah meniru mengadu ayam. Kawan dekat Hadrotus-Syaikh bernama Kyai Haji Hasyim Bawean menceritakan kepada kami bahwa Hadrotus-Syaikh dibai'at oleh Kyai Romli pada hari Rabu 16 Sya’ban tahun 1361 H atau 1941 M. Setelah beliau dibai'at selama satu minggu beliau menyusun silsilah Thoriqoh Qodiriyah dan Naqsyabandiyyah atas perintah Kyai Romli di namakan "TSAMROTUL FIKRIYYAH" .
    Hadrotus-Syaikh mengatakan : saya dibai'at oleh Kyai Romli atas permintaan Kyai Romli sendiri. Pada waktu itu saya dimasukkan kekamar Kyai dan didudukkan di atas Burdah yang putih bersih di atas tempat tidur Kyai dan dipinjami Tasbih. padahal waktu itu kaki saya berlumpur karena hujan, karena sudah menjadi Tradisi, setiap kali saya masuk kerumah Kyai, kaki saya pasti telanjang tanpa alas kaki. Dengan demkian, sebelum saya jadi murid saya adalah Murod dan sebelum saya menjadi tholib saya adalah Mathlub.

    Dalam kesempatan lain Hadrotus-Syaikh mengatakan untuk menghadiri Majlis Khusus atau wirid Khataman selama 4 tahun saya terus menerus berjalan kaki memakai klompen dari Surabaya. ke Paterongan, barulah kadang-kadang saya naik kendaraan setelah ketahuan Kyai Hasyim Asy'ari di Mojoagung dan beliau mengatakan : jangan jalan kaki terus-menerus Utsman. Selanjutnya Kyai Hasyim Bawean mengatakan pada adik waktu terjadi Perang Dunia II tahun 1942 M Hadrotus-Syaikh sekeluarga pindah sementara ke Peterongan, kalau siang hari berada di dalam pondok.

    Pada suatu hari, hari Selasa beliau disuruh menghadap Kyai Romli pada jam 2.00 malam untuk diangkat menjadi mursyid Thoriqoh Al-Qodiriyah Wan Naqsyabandiyyah, Hadrotus-Syaikh waktu itu mengatakan "tidak kuat Kyai" tetapi Kyai Romli tet'ap melaksanakan perintah Allah kemudian mengusapkan tangannya diatas kepala Kyai Utsman radliyallahu ‘anhu seketika itu pula Hadrotus-Syaikh jatuh tidak sadarkan diri dan langsung jadzab Selama satu minggu Hadrotus-Syaikh mengalami jadzab beliau tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak buang air besar maupun kecil dan tidak sholat, wajah beliau cantik sekali bagaikan Bulan Purnama, tidak seorang pun yang berani melihat wajah beliau yang Cantik itu.

    Setelah Hadrotus-Syaikh mengalami jadzab satu minggu, beliau berkata kepada Kyai Hasir Bawean : nanti malam akan datang tamu-tamu banyak sekali tidak perlu suguhan makanan atau minuman, maka pada jam 8.00 kurang sepuluh menit malam Hadrotus-Syaikh sudah siap menerima tamu dikamar, dan menghadap kepintu, tidak lama kemudian beliau mengucapkan : Waalaikumussalam, Walaikumussalam. selama kurang lebih lima menit, dan nampak seakan-akan. Hadrotus-Syaikh menjabat tangan orang-orang sambil menundukkan kepala, kemudian beliau mengatakan : Mulai hari ini saya ditetapkan sebagai mursyid langsung oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dan Nabiyulloh Khidir radliyallahu ‘anhu Serta oleh sejumlah Masyayikh Al-Qodiriyah Wan Naqsyabandiyyah, dan sejak sekarang saya di izinkan untuk membai’at. sambil menyerahkan sepucuk kertas kepada Kyai Hasyim. Kemudian Hadrotus-Syaikh menghadap kebarat sekali lagi dan mengucapkan na’am na’am tepat pada jam 8.00 lebih 5 menit malam itu Hadrotus-Syaikh berdiri menuju kepintu, setelah diam sejenak beliau mengucapkan wa'alaikumussalan, wa'alaikumussalam, kemudian oleh Kyai Hasyim, Khadrottus Syaikh disuruh mandi setelah satu minggu tidak mandi dan ketika itulah Kyai Hasyim cepat-cepat pergi ke Kyai Romli untuk mengantarkan sepucuk kertas tadi, dan Kyai Romli spontan menemuinya di luar rumah seraya mengatakan: Ada apa? ada apa? ada apa? Ketika Kyai Romli membaca sepucuk kertas itu spontan Kyai mengatakan dengan bahasa Madura yang maksudnya : Alhamdulillah sekarang saya punya anak yang bisa menggantikan saya (sampai 3 kali).

    Orang tua Hadrotus-Syaikh juga pernah menyatakan hal-hal kepada salah seorang habib bahwa Hadrotus-Syaikh telah mendapatkan ijazah dari Syaikh Abdul Qodir Jailanil radliyallahu ‘anhu, untuk berdakwah dan diangkat sebagai kholifahnya tanpa perantara, pernyataan ini disampaikan pada tahun 1947 M.

    Pada waktu Hadrotus-Syaikh tinggal di Rejoso ada seorang tukang adu ayam kawa'an yang sangat populer di Jombang bernama Wak Sud dia memiliki jago-jago yang khusus untuk di adu, Hadrotus-Syaikh tertarik untuk menundukkan orang ini melalui adu ayam, maka beliau membawa ayam beliau ke Wak Sud dan dia menjawab ajakan Hadrotus-Syaikh dengan mengatakan: Apa bila jagomu menang melawan jagoku maka semua kekayaanku adalah milikmu, sebaliknya apa bila jagomu kalah saya tidak menuntut apa-apa darimu, maka Hadrotus-Syaikh menjawab: Apa bila jagomu menang kemudian kau ambil kekayaanku memang saya tidak mempunyai sesuatu yang patut disebut, dan apabila sebaliknya jagoku yang menang maka saya sama sekali tidak butuh kepada kekayaanmu sama sekali, Pokoknya begini Apabila jagoku menang kamu harus tunduk dan patuh dibawah perintahku, dan wak Sud setuju. Dengan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala. menanglah jago Hadrotus-Syaikh sekalipun kurus kecil dan lemah sekali sangat kontras dengan jagonya wak Sud yang kekar dan gagah itu, maka waktu Kyai Romli melihat wak Sud melakukan sholat. Kyai Romli memegang pundak Hadrotus-Syaikh dari belakang seraya mengatakan: Apa yang kamu lakukan terhadap wak Sud wahai Utsman sehingga dia mendatangi sholat Jum’at, pada hal saya tidak mampu menundukkannya ?.

    Dipeterongan Hadrotus-Syaikh tinggal di desa Ngelunggih tidak jauh dari Rejoso atas saran Kyai Romli dengan maksud agar beliau menjadi Imam di Ngelunggih, akibatnya murid-murid Kyai Romli banyak yang pindah he Ngelunggih untuk mendapatkan barokah dari Hadrotus-Syaikh serta ilmu beliau.

    Akhirnya Hadrotus-Syaikh disuruh pindah oleh Kyai Romli ke salah satu desa dekat Gunung Lawu di Ngawi. Ketika Hadrotus-Syaikh sampai dilereng Gunung Lawu sangu beliau tinggal Rp. 1.70 (satu rupiah tujuh puluh sen) tidak cukup untuk membeli beras 1 liter, maka untuk mendapatkan rizqi yang samar, beliau Setiap hari : mengunjungi pesarean yang paling di kenal oleh orang di desa itu. Karena beliau cinta dan hobby melakukan ziarah akhirnya atas kemurahan Allah beliau sekeluarga mendapatkan rizgi yang tidak diduga sebelumnya, diantara orang kampung ada yang mengundang beliau untuk mengikuti tahlilan ada yang minta barokah do’a, ada yang minta fatwa, sampai akhirnya Hadrotus-Syaikh menjadi populer di desa itu dan kemudian menjadi imam di desa itu.

    Diantara kekeramatan Hadrotus-Syaikh di desa tersebut, beliau bermimpi berjumpa dengan Hadrotus-Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari Tebu Ireng berpamitan kepada beliau dengan mengatakan: Saya duluan Utsman. tahu-tahu pada esok harinya beliau mendengar berita bahwa Kyai Hasyim Asy’ari meninggal dunia (pulang kerahmatullah).

    Menjelang meletusnya Madiun Effer (peristiwa Madiun pada tahun 1948 M Hadrotus-Syaikh berkali-kali menerima surat serta saran agar beliau pulang saja ke Surabaya karena situasinya tidak mungkin aman di daerah itu. Mendengar pulangnya Hadrotus-Syaikh ini, sebagian besar penduduk di lereng Gunung Lawu itu keberatan ditinggalkan Hadrotus-Syaikh; karena mereka memerlukan do’a, ilmu, serta barokah dari beliau bahkan ada yang berjanji memberikan 20 hektar kebun kepada Hadrotus-Syaikh agar beliau sudi tetap tinggal di desa itu. Tetapi setelah beliau melakukan istikhoroh akhirnya beliau menetapkan kembali ke Surabaya.
    Sumber Gambar: http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/

    Bersambung >>>
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Silahkan tinggalkan pesan disini

    DAFTAR SEKARANG

    Pendaftaran Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Itqon Patebon, Kendal Tahun Pelajaran 2023/2024 Daftar Sekarang, Kuota Terbatas.

    ALAMAT

    Kebonharjo RT 3 RW 2 Patebon Kendal Jawa Tengah

    EMAIL

    spmalitqon@gmail.com
    mak.alitqon@gmail.com

    TELEPON

    0813-1111-9337

    WHATSAPP

    0813-1111-9337