"Di Penghujung Sakarotul Maut"
Kisah
Nyata: Seorang yang suka membid'ah-bid'ahkan amalan orang lain
Bulan kemarin hari Jum'at malam Sabtu, 20 Desember 2013 ketika saya berkunjung dan bermalam di rumah kawan di daerah di Nganjuk Jawa Timur, ada seorang tokoh masyarakat mengadu dan bercerita kepada saya bahwa di daerah Sragen Jatim ada seorang warga ketika "sakaratul maut" selama tujuh hari, dia susah mengucapkan Kalimat Tauhid "Laa Ilaaha illa Allah". Padahal sudah berulang kali dia ditalqini atau diajari kalimat tauhid oleh orang-orang yang menghadirinya. Yang lebih parah lagi dia menyuruh keluar atau mengusir orang-orang yang mengajarinya itu dengan isyarat tangannya. Akhirnya, dia mati dalam keadaan "su'ul khatimah".
Selidik punya selidik, ketika masa hidupnya, dia
suka membid'ah-bid'ahkan dan memusyrik-musrikkan amalan-amalan para ulama dan
orang-orang di daerahnya seperti tahlilan, tawassulan, ziarah kubur, maulid
Nabi dsb, sehingga banyak warga yang sakit hati kepadanya. Namun, dia tidak
menyadarinya. Karena, dia merasa paling benar dalam beribadah dan orang-orang
yang tidak sepaham dengannya dituduh sebagai "ahli bid'ah (munkarah/sesat) dan syirik" yang harus diluruskan.
Kasus di atas memang ada kaitannya dengan hadits Nabi Muhammad saw. sebagai berikut:
لا تظهر الشماتة لأخيك , فيعافيه الله و يبتليك
Artinya:
"Janganlah kau tampakkan caci-makimu terhadap saudaramu,! Maka
Allah akan memberikan keselamatan kepadanya dan Dia akan menimpakan musibah
kepadamu."
{Kitab "Tanbihul Mughtarrin" karya Syaikhul Islam
al-Muhaddits as-Syaikh Abdul Wahab asy-Sya'rani, halaman 224, cetakan
"Darul Kutub al-Islamiyyah", Kalibata, Jakarta Selatan}.
Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan rahmat dan maghfirah-Nya
kepada kita, sehingga kita terhindar dari sifat mencaci-maki dan usilan
terhadap amalan-amalan orang lain !. Amin.
Oleh: KH. Thobary Syadzily
Oleh: KH. Thobary Syadzily
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini